Zina. Satu kata yang merujuk pada perbuatan keji, yang membuat semua orang geleng-geleng kepala ketika mendengar dan menyaksikannya. Kenapa hanya geleng-geleng kepala? Karena di zaman ini marak sekali terjadi perbuatan zina.
Namun yang ada dipikiran ini, zina itu merujuk pada perbuatan seksual saja. Padahal, kalau ditelisik lebih jauh lagi, zina tidak hanya itu.
Berawal dari ayat Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 32 yang artinya,
“Dan janganlah kamu mendekati zina; zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”
Kita diajak untuk berpikir. Jika dilihat dari artinya, kita hanya diperintahkan untuk ‘jangan mendekati’, tanpa kita tahu apa akibat dibaliknya. Namun, bila dilarang untuk mendekatinya, artinya kita juga dilarang untuk melakukannya bukan?
Dilihat dari tafsir Ibnu Katsir, Allah melarang hambaNya untuk berbuat zina dan mendekatinya serta melakukan faktor-faktor dan aspek-aspek yang mengantarkan kepada perbuatan zina.
Mari kita berpindah pada surat An-Nur ayat 2, yang artinya:
“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali...”
Ayat ini mengungkap hukuman para pezina, bahwa mereka dicambuk sebanyak seratus kali. Ini merupakan hukum Islam yang harusnya dilaksanakan.
Namun, coba perhatikan sekali lagi. Mengapa ayat tersebut mengedepankan kalimat “pezina perempuan” daripada “pezina laki-laki”?
Dalam tafsir Al-Kasyaf karangan Imam Zamakhsyari, alasan mendahulukan kalimat “pezina Perempuan” daripada “pezina laki-laki” ada beberapa sebab:
1. Pada zaman jahiliah, zina sangat marak. Perempuan pada saat itu meletakkan bendera di depan rumahnya sebagai tanda ada perbuatan keji di dalamnya alias sebagai tanda bagi siapapun yang ‘menginginkan’ mereka, bisa mendatangi rumah tersebut.
2. Dikatakan, perempuan kebanyakan yang ‘menggoda’ laki-laki.
3. Dikatakan, syahwat perempuan lebih kuat daripada laki-laki.
4. Dikatakan, pada zaman itu, perempuan banyak yang tidak berbusana.
Dari empat hal diatas, dapat kita ketahui bahwa perempuan itu bisa menjadi fitnah terbesar bagi lelaki. Allah telah menunjukkan rahasia melalui perkataan sederhana yang jika hanya dibaca sekilas, maka tak akan tampak rahasia sebesar itu. Maka, jangan sampai para perempuan di zaman sekarang mencontoh perbuatan perempuan pada zaman jahiliah.
Kembali pada pembahasan awal, sudah marak terjadi perzinaan di zaman ini yang jika dilihat sebagian besar korbannya yaitu perempuan. Jika disimpulkan, perempuan tak akan menjadi korban jika mereka bisa menjaga sikapnya. Begitu juga lelaki, tak akan terjadi zina jika mereka juga menjaga pandangan dan sikap.
Lalu kita menuju pada ayat 3 di surat yang sama, yang artinya:
“Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.”
Sekilas, ayat itu hanya berisi larangan. Namun, jika kita melihat tafsirannya, maka ayat itu bukan sekedar larangan. Ada rahasia dibalik pelarangan itu.
Disebutkan dalam tafsir Al-Kasyaf, pezina laki-laki tidak boleh menikahi perempuan beriman karena kodrat dan tabiatnya mereka tidak menyukai menikah dengan perempuan salihah, dikarenakan perbedaan sifat. Mereka hanya mau menikah dengan perempuan fasik dan keji yang sama sepertinya. Begitu juga sebaliknya.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, alasan mengapa mereka hanya menyukai sesama pelaku keji karena tidak ada satu perempuan pun yang mau melayani hawa nafsu mereka kecuali perempuan pezina dan keji, yang mana mereka tidak menganggap perbuatan zina itu haram.
Sungguh mind-blowing! Kita hanya berpikir bahwa ayat itu berupa larangan, namun ternyata sebenarnya bukan hanya larangan. Memang kodrat lelaki dan perempuan keji tidak menyukai lelaki saleh dan perempuan salihah.
Kesimpulannya, janganlah mendekati dan melakukan perbuatan zina yang akan merusak masa depan kita. Sebagaimana yang kita ketahui, zina hukumnya haram, dan jangan memicu faktor yang menyebabkan terjadinya perbuatan zina, dengan hal sekecil apapun itu. Kita adalah umat Nabi Muhammad yang berharga dan terhormat, janganlah coreng nama kita sendiri dengan perbuatan tercela seperti itu.
Sumber: Muqorror Tafsir Tahlili Tingkat 3 Fakultas Dirosat Islamiyah wal Arabiyah Lil Banat, Jurusan Ushuluddin, Syu’bah Tafsir
← Kembali© 2025 IKADU MESIR. All Rights Reserved.