Logo IKADU Mesir

IKADU MESIR

Ikatan Keluarga Daarul Ukhuwwah Mesir

Buka Bersama IKADU Mesir

Ibnu Katsir; Seorang Pengarang Kitab yang Tak Lekang oleh Waktu

Penulis: Zuhrufa Redina Izza Editor: Moch Fikri Abdul Azis - 23 Oktober 2025

Siapa yang tak kenal dengan Ibnu Katsir? Seorang pengarang kitab yang mana kitabnya termasuk yang paling masyhur dan paling penting di bidang tafsir, khususnya tafsir ma’tsur (tafsir dari segi periwayatan).

Ibnu Katsir memiliki laqob Imaduddin, dan memiliki kunyah Abul Fida’, dan bernama lengkap Isma’il bin Amru bin Katsir. Beliau bermazhab Syafi’i, lahir sekitar tahun 700 Hijriah.

Beliau merantau ke Damaskus bersama saudaranya sejak usianya tujuh tahun setelah ayahnya wafat. Di sana, Ibnu Katsir memiliki beberapa guru yang terkenal, di antaranya ialah Al-Mazziy dan Ibnu Taimiyah.

Ibnu Katsir menguasai banyak ilmu, hingga para ulama bersaksi atas luasnya ilmu yang dikuasainya. Di antara ilmu yang beliau kuasai yaitu ilmu tafsir, hadis, dan sejarah. Ibnu Hajar berkata tentangnya “Ibnu Katsir mempelajari hadis, mempelajari matan dan perawinya. Dia mengumpulkan tafsir, dan mulai menulis kitab besar berjudul ‘Al-Ahkam’ namun belum menyelesaikannya. Dia mengumpulkan sejarah dalam satu kitab yang berjudul ‘Bidayah wan Nihayah’.”

Sementara kitab di bidang tafsir yang dikarangnya berjudul “Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim”. Kitab ini merupakan kitab yang paling masyhur di bidang tafsir ma’tsur, dan sering disebut sebagai kitab kedua yang masyhur setelah kitabnya Ibnu Jarir Ath-Thabari.

Mari kita mendalami kitab “Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim”. Mukadimah kitab ini bukan sembarang mukadimah. Tema dari isi kitab ini berkaitan dengan Al-Qur’an, tafsir, dan ulum Qur’an. Tema-tema itu diambil dari kalam gurunya, Ibnu Taimiyah, yang ditulis dalam mukadimah kitab karangan Ibnu Taimiyah, yang berjudul “Ushulut Tafsir”.

Sumber atau rujukan tafsir ini diambil dari tafsir milik Ibnu Jarir, Ibnu Hatim, dan tafsir Ibnu ‘Athiyyah. Yang menjadikan Ibnu Katsir berbeda dengan pengarang lainnya, yaitu: Ibnu Katsir memperingatkan adanya riwayat israiliyat dalam tafsir ma’tsur. Terkadang memperingatkan secara umum, dan terkadang secara rinci dan jelas.

Bagaimana metode yang dipakai Ibnu Katsir dalam menafsirkan kalam Allah? Ada enam tahap:

1. Menulis ayat-ayat yang akan ditafsirkan, lalu menafsirkannya dengan bahasanya. Dan jika memungkinkan menjelaskan satu ayat dengan ayat lainnya, maka Ibnu Katsir menyebutkannya dan membandingkan keduanya.

2. Menyebutkan perkataan sahabat dan tabi’in yang terdapat dalam hadis yang dicantumkannya, dan menyebutkan asanid-nya (jalur periwayatannya).

3. Menghukumi riwayat hadisnya dengan sahih atau dho’if, beserta penjelasan sebab penghukumannya.

4. Menisbatkan hadis pada sumbernya.

5. Menyebutkan riwayat israiliyyat dan menjelaskan bahwa riwayat itu mengandung israiliyyat yang tidak boleh diambil atau diterapkan.

6. Mencantumkan diskusi-diskusi fikih dengan menyebutkan perkataan ulama beserta dalil-dalilnya.

Kesimpulannya, kitab tafsir karangan Ibnu Katsir ini termasuk kitab terbaik dalam tafsir ma’tsur, dan telah disaksikan oleh beberapa ulama. Sebagaimana perkataan As-Suyuthi yang termaktub dalam kitab yang berjudul “Dail Tadkiroh Al-Huffadz”, dan Az-Zurqoni dalam kitabnya yang berjudul “Syarhul Mawaahib”:

"Sesungguhnya tak ada satu pun orang yang menulis kitab seperti gaya penulisan Ibnu Katsir”

Beliau wafat pada bulan Sya’ban tahun 774 Hijriah. Kemudian dimakamkan di pemakaman Sufi yang terletak di dekat syekhnya, Ibnu Taimiyah.

Sumber: Muqorror Manahij Mufassirin tingkat tiga Fakultas Dirasat Islamiyah wal ‘Arabiyah lil Banat, jurusan Ushuluddin, syu’bah Tafsir wa Ulumil Qur’an.

← Kembali