Logo IKADU Mesir

IKADU MESIR

Ikatan Keluarga Daarul Ukhuwwah Mesir

Buka Bersama IKADU Mesir

Ketika Ilmu Tak Lagi Jadi Cahaya

Penulis: Ulyanisa Imtitsalillah Editor: Arina Husna Nabila - 24 Mei 2025

Refleksi tentang ilmu, kehormatan, dan kejujuran hati.

Kita tumbuh dengan keyakinan bahwa ilmu adalah cahaya. Siapapun yang menapaki jalan tholabul ‘iImi adalah mereka yang sedang berjalan menuju Allah. Semakin tinggi seseorang dalam pemahaman agama, semakin dalam juga rasa takut kepada-Nya. Semakin lembut lisannya, semakin teduh akhlaknya, maka semakin malu ia berbuat dosa walau dalam gelap—tak ada yang melihat.

Namun, kita bertanya dengan getir: ilmu macam apa yang ia bawa? Cahaya macam apa yang ia nyalakan? Karena cahaya seharusnya membakar nafsu, bukan menyulutnya. Ilmu seharusnya menjadi benteng, bukan selimut bagi kejahatan.

Refleksi ini membuat sebuah kutipan kembali terngiang:

"العلم نور، ونور الله لا يُهدى لعاصٍ"

Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.

Maka kita sadar: yang ia bawa mungkin hanya hafalan, hanya suara indah yang memukau, tapi kosong dari taqwa. Mungkin ia hanya berjalan di atas ilmu, tanpa pernah membiarkannya menyentuh hati. Ia membangun reputasi, tapi melupakan kejujuran batin.

Lebih menyakitkan lagi adalah saat kita menyadari bahwa ilmu itu seharusnya menyembuhkan. Namun di tangan yang salah, ilmu bisa menjadi racun yang membius—membuat seseorang merasa aman dalam kemunafikan—karena mampu berbicara benar, walau hidupnya penuh dusta.

Saudaraku,

Ini bukan hanya tentang satu orang, tapi tentang bagaimana kita memandang ilmu dan luka yang ditinggalkan oleh orang-orang yang menggunakan agama untuk menyamarkan maksiat.

Ini tentang kita–agar tidak silau oleh gelar, tidak mudah luluh oleh kata “ustadz”, dan tidak berhenti mencari kebenaran meskipun banyak yang menodainya.

Di tengah hangatnya kabar kehidupan kita, ada realita menyakitkan yang tersembunyi, tentang mereka yang melanggar batas kehormatan dan moral, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya terjaga kesuciannya. Hal-hal seperti ini mungkin tak selalu tampak nyata di depan, tetapi tetap menjadi peringatan bagi kita agar tidak terjebak dalam perilaku serupa yang mengotori jiwa dan ilmu.

Tetaplah berjuang dan bertumbuh jiwa-jiwa kebaikan, karena cahaya itu tetap ada. Masih ada yang tulus belajar karena ingin lebih dekat dengan Allah. Masih ada yang menjadikan ilmu sebagai jalan untuk memperbaiki diri, bukan untuk menutupi aib. Masih ada yang menangis di malam hari, bukan karena takut ketahuan, tapi karena malu kepada Allah.

Ilmu akan selalu bersama orang-orang yang ikhlas, dan untuk yang menyalahgunakan ilmu, ketahuilah bahwa semakin tinggi ilmumu, semakin besar pertanggungjawabanmu, dan tak ada topeng yang bisa menipu-Nya.

Kita mungkin tak bisa menghapus semua kemunafikan, tapi kita bisa memilih untuk tidak menjadi bagian darinya. Terus belajar, tetapi juga terus membersihkan hati dan memperbaiki niat. Terus bertumbuh, tapi juga terus merunduk dalam taubat.

Karena ilmu bukan untuk meninggikan kepala, tapi untuk merendahkan diri di hadapan-Nya. Wallahu ‘alam.

← Kembali