“Organisasi itu buruk,” ucap beberapa oknum masisir yang membenci dunia organisasi. Entah ungkapan tersebut didasari oleh pengalamannya, atau hanya ikut-ikutan orang lain, atau bahkan asal berucap saja tanpa memiliki alasan yang logis.
Organisasi —sebagaimana diketahui— merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Di lingkungan masisir, organisasi sudah menjadi hal yang sangat lumrah. Bahkan banyak yang menganggap bahwasanya masisir terdiri dari beberapa tipe, salah satunya ialah ‘organisator.’
Hal tersebut bukan tanpa suatu alasan, melainkan memang eksistensi organisasi masisir semakin berkembang setiap tahunnya. Background dari organisasi-organisasi ini pun beragam; dimulai dari PPMI, Wihdah, 16 kekeluargaan, empat senat, kemudian afiliatif, almamater, komunitas, hingga lembaga-lembaga yang berfokus kepada pembelajaran akademik seperti rumah binaan dan lembaga kajian, juga tidak luput dari dinamika organisasi. Apalagi dengan kuantitas yang selalu bertambah setiap tahunnya.
Namun, tak jarang sebagian oknum masisir mengklaim akan buruknya organisasi. Klaim tersebut tidak salah, apabila yang mereka maksud adalah beberapa organisasi dan didasari oleh bukti yang kuat dan empiris. Namun, ternyata ada beberapa oknum masisir yang menggeneralisir bahwa semua organisasi masisir itu buruk, terlebih setelah munculnya beberapa kasus kontroversial belakangan ini. Hal itu tentu saja salah persepsi. Jika kita analogikan, itu bagaikan seseorang yang memetik sebuah mangga yang kebetulan mangga tersebut busuk, dan setelah ia memakannya, ia mengklaim bahwa seluruh mangga itu tidak enak. Ini jelas kesimpulan yang salah, konklusi dari premis-premis yang tidak tepat.
Memang, kita tidak bisa memungkiri bahwa ada beberapa hal buruk yang dilakukan oleh para organisator, di antaranya ialah: suka terlambat, interaksi antara lawan jenis yang melampaui batas, menjadikan organisasi sebagai alasan untuk meninggalkan belajar, juga terlalu banyak mengambil porsi di beberapa organisasi sehingga tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Namun dengan adanya beberapa oknum seperti yang telah disebutkan diatas, lantas tidak menjadikan seluruh organisasi dan organisator itu buruk. Masih ada para organisator yang ideal dan berkompeten, selalu tepat waktu, memerhatikan batas-batas interaksi lawan jenis, dan menyeimbangkan kesibukan di organisasinya dengan belajar juga memedulikan kesehatannya.
Jadi, organisasi tidaklah buruk apabila dijalani dengan sebagaimana mestinya. Tidak hanya berfokus kepada pemantapan dan penyuksesan program kerja, namun juga tidak mengabaikan aspek akademik, spiritual, moral, dan etika. Justru, kita harus berterima kasih kepada para organisator yang merelakan waktu dan tenaganya untuk memberikan manfaat kepada orang banyak.
Karena pada dasarnya, organisasi dibuat berdasarkan kebutuhan anggotanya. Jika terdapat sebuah organisasi yang dibentuk karena gengsi tanpa sebuah tujuan yang benar dan jelas, maka bisa dipastikan organisasi tersebut tidak akan maksimal, tidak akan bertahan lama, dan tidak dapat memberikan banyak manfaat kepada anggotanya.
← Kembali© 2025 IKADU MESIR. All Rights Reserved.